Perkembangan Nilai Moral dan Agama untuk Anak Usia Dini
Perkembangan Nilai Moral dan Agama untuk Anak Usia Dini - Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam dengan pada usia sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya.
Anak
dapat mengalami perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalaman yang
bersangkutan dengan moralitas. Moralitas pada anak ditandai dengan kemampuan
anak dalam memahami aturan norma dan etika yang berlaku dan moralitas itu
sendiri menjadi faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Menurut
Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk (2007: 8.36), anak-anak akan tumbuh menjadi
pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter
pula. Usaha mengembangkan anak-anak menjadi pribadi yang bermoral atau
berkarakter baik merupakan tanggungjawab kerluarga, sekolah, dan seluruh
komponen masyarakat. Usaha tersebut harus dilaksanakan secara terencana,
terfokus, dan komprehensif. Pengembangan moral anak usia dini melalui
pengembangan pembiasaan berperilaku dalam keluarga dan sekolah.
Namun dalam
realitasnya dewasa ini terdapat sesuatu yang memprihatinkan dalam dunia pendidikan
nasional di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah masih banyak anak didik pendidikan
nasional di Indonesia yang belum mencerminkan kepribadian yang bermoral,
seperti sering tawuran antar pelajar bahkan dengan guru, penyalagunaan
obat-obat terlarang, pelecehan seksual, pergaulan bebas, dan lain.
Banyak faktor penyebab menurunya moralitas
anak, diantaranya adalah pengaruh arus globalisasi, kurangnya pendidikan moral
sejak dini, pengaruh lingkungan, dan kurangnya pengawasa yang ketat dari para
orang tua. Khusus pengaruh globalisasi mungkin bisa dijadikan faktor utama
penyebab menurunnya moralitas para remaja. Globalisasi dapat diartikan sebagai
proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara
mendunia melalui media cetak maupun elektronik. Globalisasi seperti pedang
bermata dua (positif dan negatif) juga menjadi penyebab infiltrasi budaya.
Termasuk budaya hidup barat yang cenderung liberal dan bebas merasuki dengan
budaya ketimuran yang lebih cenderung teratur dan terpelihara oleh nilai-nilai
agama dan norma-norma. Dan dampak negatif dari arus globalisasi yang paling
miris adalah perubahan yang mengarah pada krisis moral dan akhlak, sehingga
menimbulkan sejumlah permasalahan kompleks melanda negeri tercinta ini akibat moral.
Menyelematkan moral anak memang bukanlah perkara yang
simplitis dan pragmatis. Menyelesaikannya membutuhkan banyak elemen. Tidak
cukup pihak sekolah yang memiliki tugas mendidik dan membina anak. Namun
keluarga pun sejatinya memiliki porsi tanggungjawab yang jauh lebih banyak.
Penanaman nilai etika, moral, dan akhlak
paling pertama kali dan utama adalah pada lingkungan keluarga. Seseorang
mendapatkan pendidikan etika, moral dan akhlak pertama kali yaitu pada pada
lingkungan keluarga. Peran orang tua sangat penting dalam proses perkembangan
moral anak. Sejak dini orang tua harus mampu memberikan arahan, bimbingan,
serta teladan yang baik terhadap anak-anak mereka. Melalui pengajaran akhlak
dan diberikan pengertian antara perbuatan baik dan buruk, menanamkan
nilai-nilai agama dan tata krama. Orang tua harus selalu mengawasi perkembangan
anak mereka, terutama saat menginjak usia remaja karena dalam usia itu terjadi
ketidak keseimbangan emosi dan mudah terbawa ke hal-hal yang buruk.
Ketika rasa keagamaan itu sudah tumbuh pada diri anak, maka
kita perlu memberikan latihan-latihan keagamaan. Apabila latihan itu dilalaikan
sejak kecil atau dengan cara yang kurang tetap, bukan mustahil ketika mereka
menginjak dewasa nanti tidak akan memiliki kepedulian yang tinggi pada
kehidupan beragama dalam kesehariannya. Begitu pula sebaliknya, bila kita rajin
melatih anak dalam hal keagamaan melalui kegiatan berdoa, beribadah menurut
agamanya masing-masing serta berperilaku sesuai ajaran agama, diyakini sang
anak akan menjadi orang yang agamis, taat beribadah dan berkepedulian tinggi
terhadap aktivitas keagamaan.
0 komentar: