Perkembangan Nilai Moral dan Agama untuk Anak Usia Dini

23.03 Unknown 0 Comments




Perkembangan Nilai Moral dan Agama untuk Anak Usia Dini - Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam dengan pada usia sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya.

Anak dapat mengalami perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalaman yang bersangkutan dengan moralitas. Moralitas pada anak ditandai dengan kemampuan anak dalam memahami aturan norma dan etika yang berlaku dan moralitas itu sendiri menjadi faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk (2007: 8.36), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak menjadi pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tanggungjawab kerluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat. Usaha tersebut harus dilaksanakan secara terencana, terfokus, dan komprehensif. Pengembangan moral anak usia dini melalui pengembangan pembiasaan berperilaku dalam keluarga dan sekolah.
Namun dalam realitasnya dewasa ini terdapat sesuatu yang memprihatinkan dalam dunia pendidikan nasional di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah masih banyak anak didik pendidikan nasional di Indonesia yang belum mencerminkan kepribadian yang bermoral, seperti sering tawuran antar pelajar bahkan dengan guru, penyalagunaan obat-obat terlarang, pelecehan seksual, pergaulan bebas, dan lain.
Banyak faktor penyebab menurunya moralitas anak, diantaranya adalah pengaruh arus globalisasi, kurangnya pendidikan moral sejak dini, pengaruh lingkungan, dan kurangnya pengawasa yang ketat dari para orang tua. Khusus pengaruh globalisasi mungkin bisa dijadikan faktor utama penyebab menurunnya moralitas para remaja. Globalisasi dapat diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik. Globalisasi seperti pedang bermata dua (positif dan negatif) juga menjadi penyebab infiltrasi budaya. Termasuk budaya hidup barat yang cenderung liberal dan bebas merasuki dengan budaya ketimuran yang lebih cenderung teratur dan terpelihara oleh nilai-nilai agama dan norma-norma. Dan dampak negatif dari arus globalisasi yang paling miris adalah perubahan yang mengarah pada krisis moral dan akhlak, sehingga menimbulkan sejumlah permasalahan kompleks melanda negeri tercinta ini akibat moral.
Menyelematkan moral anak memang bukanlah perkara yang simplitis dan pragmatis. Menyelesaikannya membutuhkan banyak elemen. Tidak cukup pihak sekolah yang memiliki tugas mendidik dan membina anak. Namun keluarga pun sejatinya memiliki porsi tanggungjawab yang jauh lebih banyak.
Penanaman nilai etika, moral, dan akhlak paling pertama kali dan utama adalah pada lingkungan keluarga. Seseorang mendapatkan pendidikan etika, moral dan akhlak pertama kali yaitu pada pada lingkungan keluarga. Peran orang tua sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Sejak dini orang tua harus mampu memberikan arahan, bimbingan, serta teladan yang baik terhadap anak-anak mereka. Melalui pengajaran akhlak dan diberikan pengertian antara perbuatan baik dan buruk, menanamkan nilai-nilai agama dan tata krama. Orang tua harus selalu mengawasi perkembangan anak mereka, terutama saat menginjak usia remaja karena dalam usia itu terjadi ketidak keseimbangan emosi dan mudah terbawa ke hal-hal yang buruk.
Ketika rasa keagamaan itu sudah tumbuh pada diri anak, maka kita perlu memberikan latihan-latihan keagamaan. Apabila latihan itu dilalaikan sejak kecil atau dengan cara yang kurang tetap, bukan mustahil ketika mereka menginjak dewasa nanti tidak akan memiliki kepedulian yang tinggi pada kehidupan beragama dalam kesehariannya. Begitu pula sebaliknya, bila kita rajin melatih anak dalam hal keagamaan melalui kegiatan berdoa, beribadah menurut agamanya masing-masing serta berperilaku sesuai ajaran agama, diyakini sang anak akan menjadi orang yang agamis, taat beribadah dan berkepedulian tinggi terhadap aktivitas keagamaan.

0 komentar: